Kamis, 31 Desember 2009

Qiraat Al-Qur'an (1)

Para ulama dan ahli Al-Qur'an cepat tanggap untuk menjaga kemurian Al-Qur'an, jangan sampai rusak karena bacaan yang sanad dan silisilahnya sebenarnya tidak sampai kepada Rasulullah SAW. Pada akhir abad kedua hijriyah, mulailah para ulama, terutama para ahli Al-Quran melakukan kegiatan meneliti, menyeleksi dan menguji kebenaran Qiraat yang dikatakan sebagai bacaan Al-Qur'an. Penelitian dan pengujian tersebut dilakukan dengan memakai kaidah dan kriteria yang telah disepakati pula oleh para ahli qiraat.

Suatu Qiraat atau bacaan Al-Qur'an baru dianggap sah apabila memenuhi tiga kriteria persyaratan, yaitu 1) harus mempunyai sanad yang mutawatir, yakni bacaan itu diterima dari guru-guru yang dipercaya, tidak ada cacat, dan bersambung sampai kepada Rasulullah SAW, 2) harus cocok dengan Rasam Usmani, dan 3) harus cocok dengan Kaidah tata bahasa Arab.

Dari penelitian dan pengujian yang dilakukan para ahli Ilmu Qiraat dengan menggunakan kaidah dan kriteria tersebut, diungkapkan bahwa suatu Qiraat bila ditinjau dari segi nilai sanadnya akan terbagi menjadi enam tingkatan Qiraat,, yaitu:
1. Mutawatir, yaitu Qiraat yang diriwayatkan oleh sejumlah perawi yang cukup banyak pada setiap tingkatan dari awal sampai akhir yang bersambung hingga Rasulullah SAW.
2. Masyhur, yaitu Qiraat yang mempunyai sanad yang sahih, tetapi jumlah perawinya tidak sebanyak qiraat mutawatir.
3. Ahad, yaitu Qiraat yang mempunyaisanad yang sahih, tetapi tidak cocok dengan Rasm Usmani ataupun kaidah bahasa Arab.
4. Syaz, yaitu Qiraat yang tidak mempunyai sanad yang sahih atau qiraat yang tidak memenuhi tiga syarat sah untuk diterimanya Qiraat.
5. Mudraj, yaitu Qiraat yang disisipkan ke dalam ayat Al-Qur'an.
6. Maudu', yaitu Qiraat buatan, yakni disandarkan kepada seseorang tanpa dasar, serta tidak memiliki sanad ataupun rawi.
Selengkapnya...

Sabtu, 26 Desember 2009

Pemberian Santunan untuk Du'afa & Anak Yatim


Alhamdulillah atas izin dan pertolongan Allah SWT, pada bulan dzulhijjah yang lalu MTIQ (Ma’had Tahfidz dan Ilmu Al-Quran) dapat menyalurkan santunan paket kornet qurban untuk anak-anak yatim dan du’afa binaan Ma’had dari para dermawan, kegembiraan terlihat dari wajah-wajah mereka setelah menerima paket santunan qurban tersebut.

Aktivitas seperti ini merupakan bagian dari misi yang sudah beberapa kali dilaksanakan di Ma’had Tahfidz Al-Quran Al-Mukhlishin yang sebagian santrinya adalah anak-anak yatim dan du’afa.

Mudah-mudahan balasan yang lebih baik dari Allah SWT terlimpahkah kepada para dermawan dan lembaga-lembaga yang telah memberikan kepercayaan dan santunan kepada mereka, semoga pula semakin banyak pihak-pihak yang tergerak untuk lebih peduli terhadap kaum du’afa dan bersama-sama bahu-bahu membahu dalam program pembinaan dan pemberdayaan umat sehingga umat ini benar-benar bersatu laksana satu tubuh dan bangunan kokoh yang saling menguatkan. “ka annahum bunyanun marsuus”


Selengkapnya...

Sabtu, 24 Oktober 2009

Ifthar Jama'i (Buka Puasa) Keluarga Besar MTIQ



Keikhlashan adalah merupakan faktor penting yang menentukan diterima atau tidaknya amal ibadah seseorang, sementara itu seorang ulama mengklasifikasikan tingkatan keikhlashan ini menjadi 3 tingkatan:

1. Seseorang melakukan ibadah karena Allah SWT dengan dorongan ingin mendapatkan sesuatu yang sudah jelas sebagian keutamaannya di dunia seperti melakukan shalat sunnah dhuha karena ingin diluaskan rizkinya, ini masih termasuk ikhlash walaupun dengan tingkatan yang paling rendah
2. Seseorang melakukan ibadah karena Allah SWT dengan mengharap syurganya Allah SWT atau takut akan siksa neraka-Nya, ini juga masih termasuk ke dalam tingkat keikhlashan.
3. Seseorang melakukan ibadah karena semata-mata cinta kepada Allah SWT. Inilah tingkat keikhlashan seseorang yang paling tinggi.
Demikian sebagian materi taushiyah tentang keikhlashan di atas yang disampaikan oleh Drs.H. Asep Rifqi Fuad, M.A. pada acara ifthar jama'i (buka puasa bersama) MTIQ (Ma'had Tahfidz dan Ilmu Al-Quran) Al-mukhlshin (20/09/2009.
Acara ifthar jama'i ini dihadiri oleh sekitar 170 orang santri, anak yatim binaan dan warga masyarkat sekitar ma'had termasuk Kepala Desa Mandalamukti Ahmad Fauzi S.Ag. yang memberikan sambutan dalam acara tersebut, semoga kegiatan ini menjadikan sarana silaturrahim untuk memperkokoh ukhuwah islamiyah antara keluarga besar MTIQ Al-Mukhlishin dan warga masyarakat serta meningkatkan ruhiyah dan motivasi beribadah agar senantiasa didasari dengan keikhlashan. Semoga.

Selengkapnya...

Senin, 22 Juni 2009

Pemandangan MTIQ Al-Mukhlishin








Selengkapnya...

Rabu, 17 Juni 2009

Sab'atu Ahruf

Penyusun : Dr. KH. Ahmad Fathoni, Lc, MA.
قال رسول الله صلي الله عليه وسلّم: أقرأني جبريل على حرف فراجعته فلم أزل أستزيده ويزيدني حتى انتهى على سبعة أحرف
Rasulullah SAW bersabda, “Jibril telah membacakan Al-Quran kepadaku dalam satu huruf. Aku berulang-ulang membacanya. Selanjutnya aku selalu meminta kepadanya agar ditambah, sehingga ia menambahnya sampai tujuh huruf. (H.R. Bukhori Muslim)


Dengan demikian, jelaslah bahwa tidaklah benar anggapan orang bahwa Qiraat (macam-macam bacaan) Al-Quran itu diciptakan oleh Nabi Muhammad atau para sahabat, atau ulama tabi’in yang dipengaruhi oleh dialek bahasa kabilah-kabilah Arab. Dan jelas pula bahwa macam-macam bacaan Al-Quran itu sudah ada sejak Al-Quran diturunkan.
Arti Sab’atu Ahruf (Tujuh Huruf) dalam hadits di atas mengandung banyak penafsiran dan pendapat dari kalangan ulama. Hal itu disebabkan karena kata Sab’ah itu sendiri dan kata Ahruf mempunyai banyak arti. Kata Sab’ah dalam bahasa Arab bisa berarti bilangan tujuh, dan bisa juga berarti bilangan tak terbatas. Sedang kata Ahruf adalah jama dari harf yang mempunyai macam-macam arti, antara lain, salah satu huruf hijaiyah, makna, saluran air, wajah, kata, bahasa, dan lain-lain. Para Ulama telah mencoba menfsirkan Sab’atu Ahruf, yang menurut Imam As-Suyuti, tidak kurang dari empat puluh penafsiran.
Penafsiran yang paling masyhur pendapat dari Abul Fadl Ar-Razi. Dia mengatakan bahwa arti Sab’atu Ahruf adalah tujuh wajah/bentuk. Maksudnya keseluruhan Al-Quran dari awal sampai akhir tidak akan keluar dari tujuh wajah perbedaan berikut:
1. Perbedaan bentuk isim (mufrad, mutsanna, atau jama’)
2. Perbedaan bentuk fi’il (madi, mudari’, atau amr)
3. Perbedaan bentuk i’rab (rafa’, nasab, jar, atau jazam)
4. Perbedaan bentuk naqis (kurang) atau ziyadah (tambah)
5. Perbedaan bentuk Taqdim dan Ta’khir (mendahulukan dan mengemudiankan)
6. Perbedaan bentuk Tabdil (pergantian huruf atau kata)
7. Perbedaan bentuk dialek (lahjah) seperti bacaan Imalah, Taqlil, Idgham, Izhar, dan lain-lain
Qiraat atau macam-macam bacaan Al-Quran itu telah mantap pada masa Rasulullah SAW, dan beliau ajarkan kepada para sahabat sebagaimana beliau menerima bacaan itu dari Jibril AS. Kemudian pada masa sahabat telah mucul banyak ahli bacaan Al-Quran yang menjadi anutan masyarakat. Yang termasyhur, antara lain, Ubay, Ali, Zid bin Sabit, Ibnu Mas’ud, dan Abu Musa Al-Asy’ari. Mereka itulah yang menjadi sumber bacaan Al-Quran bgi sebagian besar sahabat dan sahabat tabi’in.
Kemudian pada masa tabi’in seratus tahun pertama hijriah, segolongan masyarakat telah mengkhususkan diri dalam penentuan bacaan Al-Quran karena keadaan memerlukannya. Mereka menjadikan Qiraat sebagai suatu ilmu pengetahuan, sebagaimana mereka lakukan terhadap ilmu-ilmu syari’at yang lain.
Akhirnya mereka menjadi imam-imam Qiraat yang dianut orang dan menjadi tempat kembali. Namun dalam perkembangannya, Qiraat menghadapi masalah yang perlu ditangani secara serius, sebagai akibat adanya hadits Nabi yang menerangkan bahwa Al-Quran diturunkan dengan beberapa wajah bacaan, banyak bermunculan yang semuanya mengaku bersumber dari Rasulullah SAW.




Selengkapnya...

Selasa, 09 Juni 2009

Profil MTIQ (Ma'had Tahfidz & Ilmu Al-Quran) Al-Mukhlishin




A. Deskripsi
Pesantren Tahfidz dan Ilmu Al-Quran hadir sebagai bentuk kepedulian akan masih minimnya lembaga pendidikan yang berkonsentrasi pada program tahfidz Al-Quran dan pendalaman keilmuannya, pesantren ini terletak di daerah pegunungan yang sejuk serta memungkinkan untuk para santri lebih berkonsentrasi dalam program tahfidz Al-Quran

MOTTO Pesantren:

خيركم من تعلم القرآن وعلّمه
“Sebaik-baik manusia adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya” (H.R Bukhari Muslim)

B. Visi

Menjadi lembaga yang amanah dalam membina generasi qurani dan melayani umat
C. Misi

1. Pengkajian dan pengembangan tsaqafah islamiyah
2. Penanaman dan penerapan nilai-nilai qurani dengan proses tahfidz Al-Quran
3. Penyebaran dakwah islamiyah
4. Pengoptimalan potensi umat yang bersinergi
5. Pemberdayaan umat

D. Tujuan

Tujuan pesantren ini adalah membentuk generasi dengan kriteria:

1. Hafal dan akrab dengan Al-Qur’an
2. Berakidah yang sesuai dengan fitrah ketauhidan
3. Beribadah dengan shahihah/benar
4. Berahlak mulia
5. Berfikir cerdas
6. Berbadan sehat
7. Berwawasan luas
8. Giat bekerja
9. Berguna bagi masyarakat
10. Mampu mengendalikan hawa nafsu

D. Program Kegiatan
Program kegiatan Pesantren tahfidz dan Ilmu Al-Quran Al-Mukhlishin berkonsentrasi pada tahfidz Al-Quran dan kajian ulumul Quran serta proses penanaman nilai-nilai Al-Quran dengan pembiasaan pada aktivitas sehari-hari

Jadwal Kegiatan santri tingkat Sekolah Dasar:)*
Waktu Kegiatan
03.30 - 05.00: Qiyamullail, Shalat Shubuh
05.00 - 06.00: Tilawah, Tahfidz (Jama’ah & Privat)
06.00 - 07.00: Mandi, Makan & Persiapan Sekolah
07.00 - 09.00: Belajar Pelajaran Sekolah
09.00 - 09.30: Istirahat, Shalat Dhuha
09.30 - 12.00: Melanjutan Pelajaran Sekolah
12.00 - 13.00: Shalat Dhuhur, Makan & Istirahat
13.00 - 13.15: Tilawah Berjama’ah
13.15 - 14.00: Remedial, belajar mandiri
14.00 - 15.00: Istirahat
15.00 - 16.30: Shalat Ashar, Tilawah, Tahfidz
16.30 - 17.30: ekstrakulikuler, persiapan magrib
17.30 - 18.30: Dzikir petang, tasmi, shalat, Makan
18.30 - 19.30: Tilawah, madah diniyah, lat. bahasa
19.30 - 20.00: Shalat isya & tilawah berjama’ah
20.00 - 21.00: Belajar Mandiri
21.00 - 03.30: Istirahat
)* Utk tingkat SLTP, SMA, & lulusan SMA disesuaikan

E. Program Pendukung
Diantara program pendukung adalah: outing class, BATASA (Bina Ta’aruf Santri) mukhoyyam tarbawi, rihlah tarbawiyah, out bond, renang, Mabit, Jaulah, Ansyithah Ramadhan, ifthar jama’I dll

F. Target Hafalan
Tingkat SD: minimal 10 juz selama 6 tahun
Tingkat SLTP: minimal 9 juz selama 3 tahun
Tingkat SLTA: minimal 15 juz selama 3 tahun
lulusan SLTA: 30 Juz selama 2 tahun
Target hafalan di atas mungkin dapat terlampawi lebih tinggi sesuai dengan prestasi santri yang bersangkutan
G. Penerimaan Santri Baru
Pesantren Tahfidz dan Ilmu Al-Quran menerima santri baru untuk semua kalangan dengan pilihan program yang lebih fleksibel
Untuk lebih jelasnya Hub. Ghozali 08567071051 Alamat email: cecep_ghozali@yahoo.com


Selengkapnya...

Kiat Sukses Hafiz Daiyah

Karya Abdul Aziz Abdul Rauf, LC
Uegensi Hifzhul Qur’an
• Menjaga kemutawatiran Al-Qur’an
• Meningkatkan kualitas umat
• Menjaga terlaksananyasunah-sunah rasulullah SAW
• Menjauhkan mu’minin dari aktivitas laghwu (tidak ada nilainya di sisi Allah).
Fadhail Hifzhul Qur’an ( keutamaan menghafal Al-Qur’an )
• Merupakan nikmat rabbani yang datang dari Alllh.
• Menjanjikan kebaikan, berkah dan kenikmatan bagi penghafalnya.
• Seorang hafizh adalah orang yang mendapatkan Tasyrif nabawi (penghargaan khusus dari Rasulullah SAW).
• Merupakan ciri orang yang diberi ilmu
• Seorang hafizh adalah keluarga Allah yang berada di atas bumi.
• Menghormati seorang hafizh berarti mengagungkan Allah SWT.
• Alqur’an akan menjadi penolong (syafaat bagi para penghapal)
• Meninggikan derajat manusia di surga
• Seorang hafizh bersama para malaikat yang mulia dan taat.
• Seorang hafizh mendapat kehormatan berupa tajul karamah (mahkota kemuliaan)
• Seorang hafizh adalah orang yang mendapatkan untung dalam perdagangannyadan tidak akan merugi
• Seorang hafizh adalah orang yang paling banyak mendapatkan pahala dari Al-Qur’an.

Persiapan dan Cara Menghafal Al-Qur’an
• Merasakan keagungan Al-Qur’an
• Memiliki ikhtimam (perhatian ) terhadap Al-Quran
• Pandai mengatur waktu
• Tabah menghadapi masyaqat(kesulitan) menghafal
Teknik Menghafal
• Teknik memahami ayat-ayat yang akan dihafal
• Teknik mengulang-ulang sebelum menghafal
• Teknik mendengarkan sebelum menghafal
• Teknik menulis sebelum menghafal
Sarana Penunjang dalam Menghafal
• Bergaul dengan orang yang sudah/sedang hafal Al-Quran
• Mendengarkan bacaan Hafizh Al-Quran.
• Mengulang hafalan bersama orang lain.
• Musabaqah Hifhzul Al-Qur’an
• Selalu membacanya dalam shalat.
Problematika Menghafal Al-Qur’an
• Cinta dunia dan terlalu sibuk dengannya
• Tidak dapat merasakan kenikmatan Al-Quran
• Hati yang kotor dan terlalu banyak melakukan maksiat
• Tidak sabar, malas dan cepat berputus asa
• Semangat dan keinginan yang lemah
• Niat yang tidak ikhlas
• Lupa
• Tidak mampu membaca dengan baik
• Tidak mampu mengatur waktu
• Tasyabuhul ayat (ayat-ayat yang mirip)
• Pengulangan yang sedikit
• Belum memasyarakat
• Tidak ada muwajjih (pembimbing)
Adab Bagi Penghafal Al-Qur’an
• Selalu menjaga keikhlasan karena Allh dan menjagadiri dari riya
• Harus selalu mutamayyizdari orang lain menjaga dari laghwu dan selalu bersegeradalam melakukan ketaatan kepada Alllah.
• Jangan mencari popularitas atau berniat menjadikannya sebagai sarana mencari nafkah.
• Jangan merasa diri lebih baik dari orang lain namun harus selalu senantiasa tawadhu.
• Jangan berniat mencari imbalan duniawi dari Al-Quran.
• Jangan dijadikan alat peminta-minta kepada manusia
• Berhati-hati dari sifat orang-orang munafik.
• Hati-hati dari tergelincir kepada maksiat (fusuq)
• Banyak berdoa kepada Alllah agar Al-Qur’an mengantarkan menuju jannah
• Selalu bersama Al-Qur’an sampai dia menghadap Allh SWT.

“Mereka akan dipanggil,“Dimana orang-orang yang tidak terlena oleh mengembala kambing dari membaca kitabku?” maka berdirilah mereka dan dipakaikanlah kepada salah seorang mereka mahkota kemuliaan, diberikan kepadanya kesuksesan dengan tangan kanan dan kekekalan dengan tangan kirinya. Jika kedua orang tunya seorang muslim maka keduanya akan diberikan pakaian yang lebih bagus dari dunia dan seisinya, kedua orang tuanya akan mengatakan,”Bagaimana kami bisa mendapatkan ini?” maka akan dijawab, “ini karena anakmu berdua membaca Al-Qur’an” ( HR. Attobarani)
Selengkapnya...